Kamis, 17 November 2011

Emulsi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran. Emulsi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut satu sama lain.
Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan, yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi minyak ikan, emulsi parafin) dan emulsi untuk penggunaan luar. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak  dan air
Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.
Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.
I.2        Maksud dan tujuan
1.    Maksud percobaan
Untuk Mengetahui formulasi sediaan emulsi, dan hal-hal yang berperan dalam pembuatan juga  kestabilan dari suatu emulsi.
2.    Tujuan Percobaan
Ø  Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi.
Ø  Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
Ø  Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1       Dasar teori
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emuulgator (7).
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (1)
1.    Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa air.
2.    Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak (1).
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya (1).



Mekanisme kerja emulgator surfaktan
1.    Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi  yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.
2.    Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya  tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.
3.    Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda (5).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran (4).




Ketidakstabilan emulsi
Berdasarkan atas fenomena semacam itu, dikenal beberapa peristiwa ketidakstabilan emulsi, yaitu:
a)    Flokulasi dan creaming.
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling pekat akan berada di sebelah atas atau bawah tergantung dari bobot jenis.
b)    Koalesense dan Demulsifikasi
Peristiwa ini terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh energy bebas permukaan, tetapi disebabkan pula oleh ketidaksempurnaan lapisan globul. Koalesen adalah peristiwa penggabungan globul-globul menjadi lebih besar. Sedangkan Demulsifikasi adalah peristiwa yang disebabkan oleh terjadinya proses lanjut dari koalesen. Kedua fase akhirnya terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak dapat bercampur. Kedua peristiwa semacam ini emulsi tidak dapat diperbaiki kembali melalui pengocokan (8).



II.2       Uraian Bahan
1.    Air Suling (3:96)
Nama Resmi       : Aqua Destilata
Nama Lain          : Aquadest
Rumus Molekul  : H2O
Rumus Struktur  : O         H       O
Pemerian             : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
  tidak mempunyai rasa,
Penyimpanan     : dalam wadah tert tutup baik.
Kegunaan           :
2.    Asam Stearat (3:57)
Nama Resmi       : Acidum Stearicum
Nama lain            : Asam Oktadekanoat
Rumus Molekul  : C18H36O2
Rumus struktur  :
Pemerian             : Zat padat keras mengkilat menuinjukkan
  susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip
  lemak lilin.
Kelarutan            : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
  bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian
  kloroform P, dan dalam 3 bagian eter.
Kegunaan           : Bahan pembuatan lilin, sabun, plastik,
  kosmetika, dan untuk melunakkan karet.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup pada suhu kamar.
HLB butuh          : 13
3.    Tween 80 (6)
Nama Resmi       : Polysorbatum 80
Nama Lain          : Polisorbat 80, tween
Pemerian             : Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan            : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P
  dalam etil asetat P dan dalam methanol P,
  sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji
  kapas P.
Kegunaan           : Sebagai emulgator fase air
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat
HLB Butuh          :  15
4.    Span 80 (6)
Nama Resmi       : Sorbitan monooleat
Nama Lain          : Sorbitan atau span 80
Sinonim               : Sorbitan Laurate; Sorbitan Oleate; Sorbitan
  Palmitate; Sorbitan Stearate; Sorbitan Trioleate; Sorbitan Sesquioleate.
Rumus Molekul  : C3O6H27Cl17
Rumus Struktur  :

Bobot Jenis         : 1,01
Pemerian             : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau
  Karakteristik dari asam lemak.
Kelarutan            : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air
  dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit
  larut dalam minyak biji kapas.
Kegunaan           : Sebagai emulgator dalam fase minyak.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat
HLB Butuh          : 4,3
5.    Parafin (4:652)
Nama Resmi       : Parafin
Nama Lain          : Paraffinum
Sinonim               : Paraffinum durum; paraffinum solidum
Bobot Jenis         : 0.84–0.89 g/cm3 at 20oC
Pemerian             : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak
  berwarna atau putih, tidak berbau, tidak
  berasa, agak berminyak. Mineral yang sangat
  sangat halus putih.
Kelarutan            : Tidak larut dalam air dan dalam etanol;
  mudah larut dalam kloroform, dalam eter,
  dalam minyak menguap, dalam hampir semua
  jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam
  etanol mutlak.
kegunaan            : Digunakan dalam kosmetik untuk tujuan
  medis.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah
  pemaparan terhadap panas berlebih.
HLB Butuh          : 12
6.    Isopropil myristat (6)
Nama Resmi     : Isopropyl Myristate
Nama Lain         : 1-Methylethyl tetradecanoate
Sinonim             : Estol IPM; HallStar IPM-NF; isopropyl ester of
myristic acid; Isopropylmyristat;
Rumus Molekul              : C47H34O2
Rumus Struktur              :

Berat Molekul    : 270.5
Pemerian           : Jelas tidak berwarna, cairan tak berbau praktis
dari viskositas rendah yang mengental pada
sekitar 58oC. Ini terdiri dari ester dari propan-2
ol dan jenuh asam lemak berat molekul tinggi,
terutama asam miristat.
Kelarutan           : Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%),
etil asetat, lemak, alkohol lemak, minyak tetap,
hidrokarbon cair, toluena, dan lilin. Larut dalam
banyak, kolesterol, atau lanolin. Praktis tidak
larut dalam gliserin, glikol, dan air.
HLB Butuh        : 11,5
7.    Metil paraben (4:551)(6)
Nama Resmi     : Methyls Parabenum
Nama Lain         : Metil p-hidroksibenzoat
Sinonim             : Aseptoform M; CoSept M; E218; 4
hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin;
Methyl Chemosept; methylis
parahydroxybenzoas; methyl p
hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M;
Solbro M; Tegosept M; Uniphen P-23.
Rumus Molekul  :           C8H8O3

Rumus Struktur  :          
             

 

Bobot Jenis       : 1.352 g/cm3
Berat Molekul    : 152,15
Pemerian           : Hablur kecil, tidak berwarn atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan           : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Kegunaan         : Pengawet makanan dan kosmetika.
Penyimpanan   : Simpan pada tempat yang tertutup rapat, sejuk, dan     kering.
8.    Propil paraben (4: 713)(6)
Nama Resmi     : Propylis Parabenum
Nama Lain         : Propil p-hidroksibenzoat
Sinonim             : Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propy ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin.
Rumus Molekul  :           C10H12O3
Rumus Struktur  :          


Bobot Jenis       : 1.288 g/cm3
Berat Molekul    : 180,20
Pemerian           :  Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan           : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut
dalam air mendidih.
Kegunaan           : Bahan baku kimia pengawet kosmetik.
Penyimpanan     : Simpan pada tempat yang tertutup rapat, sejuk, dan kering.
9.    α-tokoferol (4:796)(6)
Nama Resmi       : Alfa-tocoferolp
Nama Lain          :  Vitamin E
Sinonim               : Copherol F1300;(_)-3,4-dihydro-2,5,7,8
tetramethyl-2-(4,8,12-trimethyltridecyl)-2H-1
benzopyran-6-ol; E307; RRR-a-tocopherolum;
synthetic alpha tocopherol; all-rac-a-tocopherol;
dl-a-tocopherol; 5,7,8-trimethyltocol.
Rumus Molekul  : (_)-(2RS,40RS,80RS)-2,5,7,8-Tetramethyl-2
(40,80,120-trimethyltridecyl)-6-chromanol
Rumus Struktur  :

Berat Molekul     : 430,72
Pemerian             : Berbentuk cairan seperti minyak.
Kelarutan            : Alfa Tokoferol asam suksinat tidak larut dalam
  air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam
  etanol, dalam aseton dan dalam minyak
  nabati; sangat mudah larut dalam kloroform.
  Bentuk vitamin E lain tidak larut dalam air; larut
  dalam etanol; dapat bercampur dengan eter,
  dengan aseton, dengan minyak nabati dan
  dengan kloroform.
Kegunaan           :  Antioksidan
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
 cahaya.
HLB Butuh          :             -
10. Ekstrak kering ikan gabus        
Nama Resmi       : Ophiopcephalus strectum
Nama lain            : Common snakehead, snakehead murrel,
  chevron     snakehead, striped snakehead dan
  juga aruan.
Pemerian             :  Warna kecoklatan, bersifat higroskopis,
 berbau amis.
Kegunaan           : Mengobati luka bakar atau luka pasca operasi.
11. Lanolin anhidrat (4: 57)(6)
Nama Resmi       : Adeps lanae
Nama Lain          : Anhydrous lanolin
Sinonim               : Adeps lanae; cera lanae; E913; lanolina;
  lanolin; Protalan anhydrous; purified lanolin;
  refined wool fat.
Bobot Jenis         : 0.932–0.945 g/cm3 at 15oC
Berat Molekul     : -
Pemerian             : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning,
 bau khas.
Kelarutan            : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan
air lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar
larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam
etanol panas, mudah larut dalam eter, dan
dalam kloroform.
Kegunaan           : Selain digunakan dalam formulasi topical dan
kosmetik, dapat sebagai basis salep, juga
sebagai emulsifying agent.
Penyimpanan     : Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama
dalam penyimpanan.
HLB butuh          : 10
12. Setil Alkohol (4:72)(6)
Nama Resmi     : Alcoholum Cetylicum
Nama Kimia       : 1-Heksadekanol [124-29-8;36653-82-4
Sinonim             : Alcohol cetylicus; Avol; Cachalot;
Rumus Molekul              : C16H34O       CH3(CH2)14CH2OH
Rumus Struktur  :          


Bobot Jenis       : 0.908 g/cm3; 0.805-0.815 g/cm3 for Speziol
C16 Pharma.
Berat Molekul    : 242,44
Pemerian           : Serpihan putih licin, graul, atau kubus putih,
bau khas lemah, rasa lemah
Kelarutan           : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan
dalam eter, kelarutan bertambah dengan
naiknya suhu.
HLB Butuh        : 15


BAB III
METODE KERJA
III.1      Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat Praktikum
1.    Cawan porselin
2.    Batang pengaduk
3.    Gelas kimia
4.    Gelas ukur
5.    Lap kasar
6.    Lap halus
7.    Neraca analitik
8.    Sendok tanduk
9.    Tissue rol
10. Water bath
11. Mixer
12. Stopwatch
13. Bolot vial
14. Kertas perkamen
III.1.2 Bahan-bahan Praktikum
1.    Air                                                
2.    Asam stearat
3.    Ekstrak kering ikan gabus                   
4.    Isopropyl myristat                      
5.    Lanolin anhidrat                                   
6.    Metil paraben                             
7.    Propil paraben                           
8.    Setil alcohol                               
9.    Span 80                                      
10.  Tween 80                                   
11. .tokoferol ( vit E )                                 
III.1.3   Cara Kerja
1.  Disiapkan alat dan bahan.
2.  Di hitung jumlah Tween dan Span yang dibutuhkan untuk masing-masing harga HLB butuh.
3.  Ditimbang semua formula fase minyak , di mulai dari yang memiliki titik lebur yang tinggi. Kemudian di timbang fase cairnya juga.
4.  Ditimbang asam stearat sebanyak 4 g,  setil alkohol sebanyak 2 g, lanolin anhidrat sebanyak 2 g, parafin cair sebanyak 5 ml, span 80 sebanyak 0,5 g, isopropil miristat sebanyak 2 g, propil paraben sebanyak 50 mg.
5.  Kemudian di lanjutkan dengan penimbangan fase cair.
6.  Di timbang  metil paraben sebanyak 100 mg, tween 80 sebanyak 2,6 g, ekstrak kering ikan gabus sebanyak 0,5 g.
7.  Setelah semua bahan selesai di timbang, dilebur fase minyak menggunakan water bath.
8.  Dilebur fase minyak yaitu asam stearat sebanyak 4 g, setil alkohol sebanyak 2 g, lanolin anhidrat sebanyak 2 g, parafin cair sebanyak 5 ml, span 80 sebanyak 0,5 g, isopropil miristat sebanyak 2 g, propil paraben sebanyak 50 mg ke dalam cawan porselen sambil di aduk pada saat di masukkan setiap satu bahan ke dalam cawan porselen yang dipanaskan pada water batch sampai pada suhu 70oC.
9.  Setelah lebur fase minyak, ditetesi -tokoferol (vit. E) sebanyak 3 tetes pada fase minyak sebagai antioksidan.
10.   Pada waktu bersamaan fase cair juga di buat dengan cara panaskan aquadest dalam gelas kimia 100 ml sampai pada suhu 70oC dengan menggunakan water bath.
11.   Jika suhu pelarut (aquadest) sudah pada 70C, dilarutkan fase cair yaitu metil paraben sebanyak 50 mg, tween 80 sebanyak 2,6 g, dan ekstrak kering ikan gabus sebanyak 0,5 g di dalam gelas kimia 100 ml kemudian di panaskan dengan menggunakan water bath.
12.   Setelah mencapai suhu 70oC pemanasan dihentikan, dan fase minyak diemulsikan ke dalam fase air sedikit, lalu dikocok menggunakan mixer selama 2 menit dan didiamkan selama 20 detik sebanyak 3 kali berturut-turut.
13.   Emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 ml.
14.   Sebagian dari sisa emulsi yang tersisa di masukkan ke dalam botol vial sebanyak 5 ml kemudian ditetesi metilen blue untuk uji kestabilan emulsi.
15.   Dilakukan pengamatan selama 5 hari.
16.   Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan volume dan pemisahan fase.

III. 3. Resep
R/          Eks kering Ikan Gabus       0.5%
Lanolin anhidrat                  2%
Setil alkohol                          2%
As. Stearat                             4%
Tween 80                              2%
Span 80                                 2%
Parafin cair                           5%
Isopropil miristat                   2%
Metil parabean                     0,18%
Propil parabean                   0,02%
α tokoferol                             0,05%
air                    ad                    100 ml


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1     Hasil
Table hasil pengamatan
Siklus
HLB
Volume (ml)
Tinggi Flokulasi (cm)
Suhu (°C)
1
12.59
10
-
5 dan 25
2
12.59
10
-
5 dan 25
3
12.59
10
-
5 dan 25
4
12.59
10
-
5 dan 25
5
12.59
10
-
5 dan 25

Perhitungan
Fase minyak
A (g)
B (HLB butuh)
A x B
Lanolin anhidrat
Parafin cair
Asam stearat
Setil alkohol
Isopropil myristat
  2
  5
  4
  2
  2
10
12
15
13
11,5
20
60
60
26
23
1,33
  4
  4
1,73
1.53
Jumlah
15


12,59
                                                                                               


HLB butuh minyak = 12,59 (Tipe o/w)
HLB butuh Tween 80          = 15
HLB butuh span 80             = 4.3
Tween 80                  : 15                                          8.29
                                                            12.59 
Span 80                     : 4.3                                         2.41       +
                                                                                    10,70
Tween 80      :  x 2% x 100 g = 1,54 g
Span              :  x 2% x 100 g = 0,45
IV.2     Pembahasan
Dari hasil perhitungan di peroleh HLB butuh 12,59. dengan di peroleh HLB butuh 12,59 dapat di ketahui bahwa tipe emulsi yang di gunakan dalam  percobaan ini adalah tipe emulsi o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air), dimana emulsi tipe o/w yaitu emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. jadi hasil percobaan ini sesuai dengan literatur, di mana di katakan bahwa nilai HLB 4-6 menunjukkan emulsi tipe w/o, sedangkan nilai HLB 8-10 menunjukkan emulsi tipe o/w (1).
Pada percobaan ini pertama kita menghitung jumlah HLB butuh surfaktan golongan nonionik yaitu tween 80 dan span 80. Kemudian di lanjutkan dengan menghitung formula fase minyak menggunakan neraca analitik, di mulai dari yang memiliki titik lebur yang tinggi sampai yang rendah. Jika semua fase minyak telah lebur, terakhir ditambahkan α tokoferol sebanyak 1 tetes, ditambahkannya α tokoferol (vit. E) karena α tokoferol bersifat antioksidant yang dapat menghilangkan bau ekstrak kering ikan gabus. Pada waktu bersamaan fase air juga di buat dengan cara dipanaskan dengan aquadest 80,25 ml dalam gelas kimia sampai pada suhu 60oC dengan menggunakan water bath, sambil diaduk-aduk. dimaksudkan agar semua bahan tercampur karena ada bahan yang hanya bisa larut dalam air panas. Apabila semua bahan telah larut pada masing-masing fase tersebut, setelah mencapai suhu 60oC pemanasan dihentikan, dan fase minyak di masukkan ke dalam fase air, lalu dikocok menggunakan mixer selama 2 menit dan didiamkan selama 20 detik sebanyak 3 kali berturut-turut. Tujuan dilakukannya pengocokan, untuk memberikan waktu pada minyak untuk terdispersi kedalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi agar membentuk emulsi yang stabil. Setelah dilakukan pengocokkan, krim yang terbentuk dimasukkan kedalam gelas ukur 10 ml dan sebagiannya lagi dimasukkan kedalam botol vial 5 ml. Pada waktu emulsi didiamkan beberapa saat dalam gelas ukur, emulsi masih terlihat sangat cair, ini disebabkan karena emulsi itu belum mencapai titik eutektikum, dan semua campuran yang ada dalam emulsi  belum bersatu (memadat/menyempit), dan ini juga bisa saja disebabkan penimbangan bahan-bahan dan aquades yang digunakan terlalu banyak.
Setelah beberapa saat emulsi dimasukkan dalam lemari pendingin dan dikeluarkan krim tersebut memadat kembali, ini dikarenakan pada saat krim dibiarkan pada suhu kamar krim tersebut belum mencapai titik bekunya yaitu titik eutektikum (yaitu titik dimana bahan-bahan dalam fase air dan fase minyak membeku dan membentuk padatan). Proses pemadatan krim juga dapat dipengaruhi oleh wadah atau tempat yang akan digunakan, karena semakin kecil diameter atau luas permukaan wadah atau tempat akan semakin cepat krim tersebut memadat. Saat terjadi pemadatan krim inilah emulsi telah mencapai titik eutektikum, dimana campuran bahan tersebut akan mengalami penyusutan sehingga campuran akan menjadi padat.
Selanjutnya, setelah pengocokkan selesai krim yang terbentuk di masukkan ke dalam gelas ukur 10 ml dan sisanya di masukkan ke dalam  botol vial dan ditetesi metilen blue sebanyak 3 tetes untuk uji ketidakstabilan emulsi. Kemudian emulsi di simpan dalam lemari pendingin selama 12 jam dan dikeluarkan dibiarkan pada suhu kamar selama 12 jam dan merupakan siklus pertama. Hal yang sama dilakukan sampai siklus ke lima, diamati perubahan apa saja yang terjadi pada emulsi pada saat lima siklus berlangsung. Tujuannya untuk melihat pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna yang terjadi pada kedua fase tersebut dan volume kedua fase tersebut. Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress coindition), perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.
Kemudian emulsi pada botol vial, ditetesi metilen blue sebanyak 3 tetes, tujuan di tetesi metilen blue untuk uji ketidakstabilan emulsi. Untuk siklus pertama pada emulsi yang ada dalam botol vial metilen blue tercampur marata pada emulsi, karena fase eksternal emulsi ini adalah air oleh sebab itu metilen blue dapat mudah bercampur dengan air, dan meribah warna emulsi menjadi biru. Setelah melewati lima siklus tersebut, ternyata emulsi tidak mengalami perubahan apapun seperti flokulasi, creaming, demulsifikasi, koalsense dan infase, sehingga emulsi tersebut dikatakan stabil.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1      Kesimpulan
1.  Emulgator yang digunakan pada pembuatan krim ikan gabus yaitu, untuk tween 80 sebanyak 1.54 gram dan span 80 sebanyak 0.45 gram.
2.  Pada pembuatan krim ikan gabus ini digunakan emulgator tween 80 dan span 80.
3.  Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 siklus tidak terjadi perubahan apapun baik itu flokulasi, creaming, koalesen, demulsifikasi maupun infersi fase. Jadi dapat disimpulkan bahwa emulsi tersebut stabil.
4.  Pada percobaan ini diperoleh emulsi tipe O/W karena memiliki nilai HLB butuh  lebih dari  8 yaitu HLB 12,59.
V.2      Saran
Di harapkan agar alat-alat yang mendukung suatu percobaan di lengkapi. Agar dalam pelaksanaan praktikum kedepannya menjadi maksimal.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Ansel,H.C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. UI Press: Jakarta.
2.    Dirjen POM RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI:Jakarta
3.    Dirjen POM RI.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Depkes RI:Jakarta
4.    Jenkins, G.L.1957).Scoville’s;The Art Of Compounding Ninth Edition. McGraw-Hill Book Company Inc:New York, Toronto.
5.    Parrot, L.E.1970. Pharmaceutical technology.Burgess Publishing Company: Mineneapolis
6.    Rowe, R. C, J. Sheskey, Paul. E Quinn, Marian. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Six The Edition. American: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association
7.    Tim Asisten.2008.Penuntun Praktikum Farmasi fisika Jurusan Farmasi. UNHAS:Makassar
8.    Tungadi, R. 2011. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Gorontalo:  Universitas Negeri Gorontalo

1 komentar: